Jumat, 22 Juli 2016

Desa Wisata di Tenganan Pegringsingan Karangasem



DESA WISATA
DI TENGANAN PEGRINGSINGAN KARANGASEM




Desa Tenganan merupakan desa tradisional di bali. Desa Wisata Adat Tenganan Pegringsingan terletak di Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, dengan jarak 15 km dari pusat kota amlapura dan 65 km dari pusat kota Denpasar. Desa tenganan ini memiliki tradisi yang unik. Dimana para masyarakat desa tenganan ini masih menekuni kebudayaan yang sudah kuno dan cara hidup merakapun masih tetap sama seperti dulu, padahal perkembangan zaman saat ini sudah semakin maju dan banyak gaya hidup yang telah berubah. Namun di desa tenganan ini berbeda dengan desa-desa yang ada di bali, yang mana desa tenganan ini masih sangat kuat terhadap aturan-aturan atau mereka menyebutnya dengan awig-awig. Dengan adanya awig-awig yang mereka terapkan sampai saat ini.
Ketika perkembangan zaman modern seperti saat ini banyak daerah wisata di Bali kehadiran hotel, villa, restoran, club malam, kafe, namun Desa tenganan masih kokoh dengan tiga balainya yang masih asri dan esotik, salin itu bangunan rumah dari desa ini masih sangat kuno berbeda dengan bangunan rumah yang biasa kita lihat saat ini.
Untuk masuk kedesa tenganan ini uniknya para wisatawan tidak membayar tiket masuk, melainkan disana hanya ada loket untuk meyumbangan seiklasnya dari wisatawan, ini diharapkan guna bisa membantu masyrakat di desa tenganan tersebut.

Kain Gringsing Tenganan



Pada Umumnya, penduduk dari desa Tenganan bekerja sebagai seorang petani padi, namun ada juga yang membuat beragam kerajinan. Beberapa kerajinan khas yang berasal dari Tenganan adalah anyaman bambu, ukiran, dan lukisan yang ada di atas daun lontar yang sudah dibakar. Di desa ini pengunjung dapat menyaksikan bangunan-bangunan desa dan para pengrajin muda yang sedang menggambar daun lontar.
Ciri khas Desa Tenganan tentu saja kain tenun ikat yang disebut kain gringsing. Karena itu pula, nama desa ini lebih dikenal dengan Desa Tenganan Pegringsingan. Ini untuk membedakannya dengan Desa Tenganan Dauh Tukad atau Tenganan sebagai desa dinas. Dalam pembutan kain grising bisa membutuhkan waktu sampai beberpa tahun untuk bisa menghasilkan selembar kain gringsing berkualitas bagus, selain itu warna dari kain gringsing tersebut di ambil dari warna tumbuh-tumbuhan oleh karena itu membutuhkan pengrajin yang khusus dibidangnya, jadi tidak heran kalau harga kain gringsing terbilang mahal, bersekitaran harga 800 ribu sampai 2 juta perlembar kainnya.

Perang Pandan Tenganan
          Desa Tenganan selain penghasil kain gringsin, Desa ini juga memliki tradisi yang unik, yang salah satunya paling terkenal dikalangan wisatawan yaitu tradisi Perang Pandan. Upacara perang panda ini biasanya dilakukan selama dua hari berturut-turut, pada saat sasih kapat (bulan keempat pada penanggalan kalender bali) yang pada saat itu upacara yang disebut Ngusaba Kaapat. Perang pandan ini dilakukan oleh pemuda desa tenganan dan ada juga dari luar desa tenganan. 


Dalam upacara perang pandan ini adapun sarana yang digunakan yaitu seikat daun pandan yang besar dan berduri tajam serta tameng yang terbuat dari rotan. Dalam pertarungan ini akan diiringi oleh gambelan, yang dimana gambelan ini berbeda dengan gambelan lainnya dan biasanya gambelan ini digunakan pada hari-hari tertentu. Apabila gambelan sudah mulai maikan maka para peserta menari-nari sambil sekali-sekali menyerang lawannya dengan menggunakan daun padan, dan seikat daun pandan itu digores di bagian punggung lawannya.  Pertarungan ini berlangsung singkat kurang lebih 1 menit dan dilakukan bergilir sampai kurang lebih 3 jam. Setelah petarungan selesai peserta yang luka akan diobati dengan obat tradisional yang bahan dasarnya terbuat dari kunyit. Dalam perang pandan ini tidak ada dendam di antara mereka karena kepercayaan mereka ,ini hanya untuk persembahan kepada Dewa Indra.
          Usainya upacara perang pandan maka para peserta akan melakukan persembahyangan di pura setempat, dan acara selanjutnya akan dilanjutkan dengan makan bersama atau disebut dengan “megibung”, disinilah terlihat kebersamaan mereka dalam melakukan tradisi yang sudah turun temurun yang sudah mereka lakukan.
          Kebudayaan yang unik inilah yang membuat Desa Tenganan memilki daya tarik tinggi untuk para wisatawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar